A. PENDAHULUAN
Secara
naluriah telah diketahui bahwa pangan adalah kebutuhan pokok prioritas pertama
bagi hidup manusia dan kemudian diikuti kebutuhan pokok lainnya seperti sandang
dan papan. Pengetahuan tentang pangan telah dikembangkan secara alamiah (turun
menurun) maupun ilmiah oleh para pendahulu kita sebagai upaya mempertahankan
dan menikmati kehidupan, yaitu dengan (1) mempermudah dalam memperoleh (panen),
(2) mempertahankan mutu, (3) mempermudah distribusi dan (4) mempermudah,
menjaga manfaat, aman dan menarik jika disantap. Sebagai hasil dari upaya-upaya
tersebut telah berkembang teknik pascapanen bahan pangan yang meliputi :cara
panen, cara penanganan dan pengolahan setelah panen, cara pengemasan (membungkus),
cara menyalur-kannya sampai dengan cara menyajikannya.
Hasil
perikanan adalah salah satu jenis bahan pangan yang telah sangat dikenal oleh
masyarakat pantai di Indonesia yang diperoleh dengan cara menangkap dan
membudidayakannya di perairan. Bahan ini telah diketahui terutama sebagai
sumber protein hewani (jenis-jenis binatang air), vitamin, mineral dan serat
kasar (jenis-jenis binatang maupun tumbuhan air) yang memiliki kadar air tinggi
sehingga sangat mudah dan cepat rusak apabila tidak ditangani dengan baik. Oleh
karena itu sebagian dari anggota kelompok masyarakat ini (nelayan, petani ikan,
pedagang dan pengolah ikan ) telah dan selalu berusaha meperlakukan bahan
pangan ini sebaik-baiknya sesuai dengan tingkat pengetahuan teknik yang dimilikinya
untuk memperbaiki kesejahteraan.
Fakta telah menunjukkan bahwa kesejahteraan sebagian
besar anggota masyarakat pantai masih jauh dari memadai oleh keterbatasan
pengetahuan dan dana. Oleh karena itu selama lima tahun terakhir ini, melalui
Proyek Pembangunan Masyarakat Pantai dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
(COFISH Project), ADB Loan Nos. 1570/1571 (SF)-INO Pemerintah Republik
Indonesia dalam hal ini Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap mencoba membantu mengatasi keterbatasan tersebut.
APLIKASI TEKNOLOGI
PASCAPANEN HASIL PERIKANAN
1. Memenuhi
Kebutuhan Air Bersih
Air merupakan
bahan utama yang diperlukan untuk mengolah ikan, karena digunakan sebagai bahan
tambahan dan bahan pembantu saat pengolahan. Selain itu juga digunakan sebagai
bahan untuk mencuci peralatan dan membersihkan ruang pengolahan. Secara umum
kebutuhan air untuk mengolah atau menangani
ikan minimum 3-4 kali dari volume (berat) ikan yang diolah/ditangani. Secara
ideal syarat baku air untuk mengolah ikan adalah sama dengan air bahan baku
untuk minum yang mencakup syarat fisika,
kimia biologi dan radioaktif sebagai berikut :
-
STANDAR MUTU KUALITAS AIR MINUM (PERMEN KESRI No. 1,1975)
*)
+++ zat kimia beracun **) martabat 6 ***) T = Tid ak TerDeteksi
No.
|
Un su r-un su r
|
Satuan
|
Minimum diijinkan
|
Rata-rata
Per 24 jam
|
Maksimum yang diijinkan
|
I
|
Fisika
|
||||
1
|
suhu
|
C
|
suhu udara
|
||
2
|
warna (skalaPt.Co)
|
Unit +
|
5
|
50
|
|
3
|
bau
|
||||
4
|
rasa
|
||||
5
|
Keruh (skala Silika)
|
Un it++
|
5
|
25
|
|
I I
|
K im ia
|
||||
1
|
Derajat asam (pH)
|
6.5
|
9.2
|
||
2
|
Zat padat /jumlah
|
mg/l
|
500
|
1500
|
|
3
|
Zat organik (KMn O 4)
|
mg/l
|
10
|
||
4
|
Karbon dioksida agresif (sbg CO2
)
|
mg/l
|
0
|
||
5
|
Kesadahan jumlah kalsium (Ca )
|
C
mg/l
|
5
|
75
|
10
200
|
6
|
Magnesium (sbg . mg)
|
mg/l
|
30
|
150
|
|
7
|
Besi (Fe )
|
mg/l
|
0.1
|
||
8
|
Mangan (Mn )
|
mg/l
|
0.05
|
0.5
|
|
9
|
Tembaga (Cu)
|
mg/l
|
0.05
|
1.5
|
|
10
|
Zink (Zn )
|
mg/l
|
1
|
15
|
|
11
|
Klorida (Cl)
|
mg/l
|
200
|
600
|
|
12
|
Sulfat (SO4)
|
mg/l
|
200
|
400
|
|
13
|
Sulfida (H2S)
|
mg/l
|
0
|
||
14
|
Fluorida (F)
|
mg/l
|
1,0
|
2
|
|
15
|
Amonia (NH3 )
|
mg/l
|
2 0
|
||
16
|
Nitra t (NO3)
|
mg/l
|
20
|
||
17
|
Nitrit (NO2)*)
|
mg/l
|
0
|
||
18
|
Fenolik+++(fenol)
|
mg/l
|
0.001
|
0.002
|
|
19
|
Arsen +++(As)
|
mg/l
|
0 .0 5
|
||
20
|
Timbal+++(Pb)
|
mg/l
|
0.1
|
||
21
|
Se+++ (Se).**)
|
mg/l
|
0.05
|
||
22
|
Kromium+++ (Cr)
|
mg/l
|
0.05
|
||
23
|
Sia n id a +++(Cn)
|
mg/l
|
0.05
|
||
24
|
Ka d mium+++(Cd )
|
mg/l
|
0.05
|
||
25
|
Air raksa (Hg )
|
mg/l
|
0.001
|
||
III.
|
Radioaktifitas
|
||||
1
|
Sinar alfa
|
mg/l
|
109
|
||
2
|
Sinar beta
|
mg /l
|
108
|
||
IV.
|
Mikrobiologik
|
||||
1
|
Kuman parasitik
|
0
|
|||
2
|
Kuman patogenik
|
0
|
|||
3
|
Perkiraan
terdekat jumlah bakteri Coli dalam 100 ml contoh
|
0
|
|||
4
|
Hitung Total Bakteri
|
5 x 105
|
Menilai
mutu air secara teliti harus mengujinya di laboratorium. Pengujian ini selain
mahal juga memakan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu disajikan disini cara
pengujian yang praktis dan sederhana. Fakta lapangan telah menunjukkan bahwa
ketersediaan air bersih merupakan kendala dalam melakukan pengolahan ikan di
lokasi proyek. Terutama pada saat musim kemarau yang tersedia di lapangan
adalah air sumur atau air sungai yang keruh dan mungkin payau.
1.1.
Cara menilai mutu air
Syarat
fisik air yang berkualitas adalah : jernih atau tidak keruh, tidak berwarna,
rasanya tawar, tidak berbau, suhunya normal (20-26 °) dan tidak mengandung zat
padatan. Untuk menilainya dengan cara dicium baunya, dicicip dan dilihat dengan
mata secara seksama seperti berikut ini :
- Disediakan botol kecil,
gelas, corong, serta air yang akan dianalisis (air contoh)
-
Segelas air contoh dimasukkan kedalam
botol setelah dicium baunya, dicicip rasanya serta dilihat kekeruhannya
terlebih dahulu (gambar skema) :
- Segelas air bersih (aqua) ditambahkan kedalam
botol dan dikocok merata. Apabila tidak berwarna, berasa netral, tidak keruh
dan tidak berbau lagi berarti baik mutunya.
- Jika masih berbau, ditambahkan lagi dua gelas
air aqua. Apabila tidak berwarna, berasa netral, tidak keruh dan tidak berbau
lagi berarti mutunya sedang.
- Demikian
seterusnya, dengan pengertian semakin banyak air aqua yang digunakan untuk
mencapai kondisi tidak berwarna, berasa netral, tidak keruh dan tidak berbau
lagi berarti semakin kurang baik mutunya. Syarat kimiawi air yang baik mutunya
adalah : tidak berasa asam atau basa (pH netral disekitar 7 dan dapat diperiksa
dengan bantuan kertas lakmus yang mudah diperoleh di toko-toko kimia), tidak
mengandung bahan kimia beracun (sianida, sulfida dan fenolik), tidak mengandung
garam atau ion-ion logam (Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Mn, Cl, Cr dsb.), kesadahannya
rendah (tidak mengandung garam Ca atau Mg terlarut) dan tidak mengandung bahan
organik (NH4, H2S, SO4 2-, dan NO3 - ).
Untuk menilainya
dapat dilakukan sebagai berikut :
- Setengah gelas air
contoh dicampur dengan setengah gelas air the tawar jernih.
- Selanjutnya
didiamkan dalam keadaan terbuka selama satu malam.
- Keesokan harinya
diperiksa. Apabila ada perubahan warna,lendir dan lapisan seperti minyak di
permukaan berarti airnya kurang baik. Syarat biologis (mikrobiologis) air yang
baik mutunya adalah : tidak mengandung bakteri patogen (berbahaya bagi
kesehatan manusia seperti golongan Coli, salmonellatyphi, vibrio kolera dsb,
yang mudah tersebar melalui air) dan non patogen (actinomycetes, phytoplankton
coliform, cladocera dsb.).
Pemeriksaannya
dapat dilakukan sebagai berikut :
- Air contoh
dimasukkan kedalam gelas kemudian ditutup.
- Didiamkan/disimpan
pada suhu kamar selama lima hari.
- Setelah lima hari
diperiksa. Apabila perubahan warna ataugumpalan warna atau gumpalan-gumpalan
putih, hitam atau hijau, maka air tersebut kurang baik secara biologis. Air
yang baik akan tetap jernih meskipun disimpan selama lima hari.
1.2. Teknologi
pengolahan air kotor dengan saringan pasir, prinsip aerasi dan filtrasi
a. Gambaran Umum
Untuk
menjernihkan/mengolah air yang keruh dan banyak mengandung kation terlarut
terutama besi (Fe), mangan (Mg) dan Aluminium (Al). Prinsip pengolahan ada dua
tahap yaitu :
- Pertama,
kation-kation logam terlarut dioksidasi dengan sistim aerasi
- Kedua
partikel-partikel penyebab kekeruhan dipisahkan dengan penyaringan (filtrasi)
b. Air bahan baku
Air
bahan baku yang diolah dapat berasal dari air sungai, air rawa atau air
sumur/sumur artesis
c. Pembuatan unit
pengolah air dengan sistim aerasi dan filtrasi skala rumah tangga
-
Bahan :
No.
|
Komponen
|
Ukuran
|
Jumlah
|
1
|
Drum/ tong plastik
|
200 liter
|
2 buah
|
2
|
Keran untuk keluar
|
ؽ’’
|
1 buah
|
3
|
Keran sambung
|
ؽ’’
|
1 buah
|
4
|
Pipa PVC
|
Ø1’’
|
1 buah
|
5
|
Sambungan pipa
PVC siku (knee)
|
Ø1’’
|
5 buah
|
6
|
Pasir hakus
|
Ø 0,25 – 0.1mm
|
secukupnya
|
7
|
Kerikil
|
Ø10 – 20mm
|
secukupnya
|
8
|
Seng dibentuk kerucut
|
Tebal 0.3 mm
|
1 lembar
|
-
Cara Pembuatan :
• Drum dicat atau
dilapisi semen dengan cara melaburkannya.
• Bagian bawah drum
pertama (drum yang diatas) dilubangi kecil-kecil dan dindingnya diberi
ventilasi di bagian tengah dinding drum.
• Dinding bagian
atas drum kedua (drum yang dibawah) diberi ventilasi dan diberi lubang tempat
air keluar. Pemasangan pipa masuk dan pipa keluar dari drum ini dapat dilihat
pada gambar kontruksi.
• Pasir dan kerikil
dicuci bersih. Agar steril pasir dan kerikil ini dapat direbus terlebih dahulu
atau dicuci dengan air panas.
• Kerikil dimasukkan
dalam drum pertama hingga sepertiga (1/3) dari tinggi drum.
• Pasir dimasukkan
dalam drum kedua hingga sepertiga dari tinggi drum.
• Drum-drum disusun
seperti dalam gambar kontruksi.
• Sebagai alas kedua
drum yang disusun dibuat alas plesteran yang ditinggikan dari permukaan
lantai/tanah disekelilingnya.
• Bagian dalam
sebelah atas drum pertama dipasang kerucut dari bahan seng yang telah dilubangi
kecil-kecil dengan alas kerucut menutup seluruh diameter drum.
• Penting ! Saringan pasir pada drum kedua (bagian
bawah) harus selalu dalam keadaan terendam air walaupun alat sedang tidak
digunakan.
d. Cara pemakaian
Prosedur operasi
penngolahan air ini sebagai berikut,
- Keran pemasukan
dibuka, sedangkan keran pengeluaran ditutup sehingga seluruh bagian pasir
penyaringan Air gambut sebanyak 200 liter dimasukkan kedalam tong/drum, semua
keran dalam keadaan tertutup.
- Larutkan ¼ kg atau
40 sendok makan bahan koagulan dengan 2 liter air didalam ember.
- Larutan yang telah
dibuat ditambahkan kedalam air didalam drum, sambil disaring dengan
ayakan/penyaring saat memasukkannya. Selanjutnya dilakukan pengadukan hingga merata selama 5-10 menit. Akan terjadi/terbentuk gumpalan-gunpalan jika airnya kotor.
- Air didalam drum
yang sudah diaduk dibiarkan selama 45-60 menit agar gumpalan-gumpalan yang
terbentuk mengendap.
- Kemudian air yang
telah mengendap dialirkan ke instalasi penyaringan dengan membuka keran pertama
(1).
- Selanjutnya keran
air bersih/keran kedua (2) dibuka, dan bersih yang diharapkan (layak untuk
dimasak sebagai air minum) mengalir keluar dari keran ini.
- Penting
! : Instalasi/unit bagian penyaring air harus selalu dalam
keadaan terendam air saat dioperasikan maupun saat tidak dioperasikan.
e. Petunjuk
Pemeliharaan
Untuk menjaga
keawetan alat dan agar selalu dapat dioperasikan secara efektif, kegiatan
pemeliharaan berikut ini harus selalu dilakukan, yaitu :
- Setelah digunakan untuk pengolahan, drum dibersihkan
(dikosongkan dan dibersihkan) dengan cara pengaturan keran. Keran 1 dan keran 2
ditutup, sedangkan keran 4 (keran penguras) dibuka. Selanjutnya drum dibilas
dengan air bahan baku sampai seluruh endapannya bersih. - Pembersihan unit
filter paling lambat (lama) seminggu sekali, atau jika air yang keluar dari
keran 3 sudah mulai keruh.
- Cara menguras
filter sebagai berikut :
• Keran 2 dibuka, sedangkan keran 1 dan keran 3 ditutup.
• Air bersih (hasil
pengolahan) dituangkan dari bagian atas tabung filter perlahan-lahan sampai air
yang keluar dari pipa pembuangan jernih (cuci balik / back wash).
• Pencucian yang
lebih sempurna dapat dilakukan dengan mengeluarkan pasir dari dalam tabung dan
dicuci atau dibilas dengan air bersih (hasil olahan) didalam ember ber
ulang-ulang.
2. Mengawetkan
Ikan dengan Es
Perlu disadari bahwa untuk menjaga mutu hasil perikanan
produksi nelayan dan petani ikan sejak dipanen sampai dengan konsumen ikan
segar/basah diperlukan penanganan dengan prinsip “rantai dingin (cold-chain)”.
Lebih lanjut berdasarkan kondisi sosial ekonomi nelayan, petani ikan dan
pedagang ikan
segar menunjukkan,
bahwa penggunaan es (dalam bentuk bongkahan/balok/pecahan, curai atau atau
dicampur dengan air laut) paling cocok sebagai upaya penanganan. Kondisi ideal
perbandingan es minimal yang digunakan dan ikan selama penanganan adalah dijaga
agar selalu satu dibanding satu.
Fakta juga menunjukkan bahwa ketersediaan es di pangkalan
pendaratan ikan (PPI-Fish Landing Center /FLC) jauh dari memadai
sehingga harus didatangkan dari luar untuk perbekalan nelayan maupun memenuhi
kebutuhan di PPI. Dengan demikian wadah berupa peti es (es+ikan) dengan isolasi
yang memadai (cool- box) menjadi faktor penentu dari efektitas
dan efesiensi pemakaian es dalam menjaga mutu ikan. Dalam hal ini Proyek COFISH
telah mengadakan beberapa paket pabrik es dan cool-box
di lokasi proyek
Agar dapat menggunakan es secara efektif dan efisien perlu difahami sifat fisik
es dalam kaitannya dengan kemampuannya untuk mendinginkan dan dasar cara
menghitung keperluan es
dalam suatu
kegiatan peyimpanan ikan dengan es didalam cool box. Selain itu juga diperlukan
beberapa peralatan bantu minimal termometer (untuk mengukur suhu), meteran
(untuk mengukur dimensi), timbangan (untuk mengukur berat).
2.1. Sifat fisik es
Sifat fisik es
penting yang berkaitan dengan kemampuannya untuk mendinginkan antara lain
adalah :
- Panas jenis (PJ)
es, yaitu jumlah kalor (panas) yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu sebesar 1 °
C per kg es, nilainya adalah 0.5 kilo kalori (kalori)/ °C/ kg es
- Panas lebur (PL)
es, yaitu jumlah kalor yang dibutuhkan untuk melebur 1 kg es menjadi 1 kg air
pada suhu 0 °C, nilainya adalah 80 kalori / kg es.
- PJ air lelehan
es, yaitu jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu sebesar 1 ° C per kg air
(air lelehen es), nilainya adalah 1 kalori / kg air
- Bentuk es. Es
dalam bentuk curah (flaked /crushed ice) lebih efektif (cepat) dalam
mendinginkan dari pada bentuk es balok (block ice) karena lebih luas
permukaannya, sehingga juga lebih cepat cair. Dengan kata lain semakin kecil ukuran
butiran es semakin cepat kemampuan mendinginkannya dan semakin mudah mencair.
- Volume jenis
(VJ) es, adalah jumlah ruang yang diperlukan untuk menampung 1 kg es. Apabila
berat jenis es 0.9,maka volume jenis es
(dalam keadaan padat-masif) adalah 1,11 liter (dm 3 ) per kg es.
2.2. Dasar
perhitungan kebutuhan es.
Dalam menghitung kebutuhan es untuk kegiatan penanganan
ikan, selain sifat fisik es juga harus diketahui kondisi fisik lingkungan,
sifat fisik wadah (cool box), sifat fisik ikan dan lama penyimpanan, karena
fakta ini diperlukan dalam menghitung jumlah panas (H) yang harus diambil oleh
es yang digunakan untuk mendinginkan. Kondisi fisik
lingkungan yang harus diketahui adalah suhu air laut atau media pemeliharaan ikan (untuk memperkirakan
suhu ikan yang dipanen), suhu udara, dan suhu air yang digunakan untuk
penanganan.
Wadah ikan segar disini adalah meliputi palkah kapal
ikan, cool box, maupun box berisolasi dari truk pengangkut ikan. Sifat fisik
wadah yang perlu diketahui adalah :
- Dimensi (untuk
menghitung luas permukaan, volume dan ketebalan dinding wadah). Untuk
mempermudah perhitungan umumnya cukup diperhitungkan ukuran dan ketebalan
struktur
isolasinya.
- Bahan wadah dan koefisien rambat panas (K) yang
dinyatakan dalam kalori/satuan luas (m
2 )/ satuan tebal (cm)/ °C/ jam.
Untuk perkiraan beban panas penetrasi cukup
memperhitungkan struktur isolasinya saja. Sifat fisik ikan penting yang
perlu diketahui untuk keperluan mendinginkannya adalah :
- PJ ikan basah,
yang besarannya ditentukan oleh jenis ikan dalam kaitannya dengan komposisi
kimiawinya. PJ ikan basah secara umum
adalah = 0.85-0.90 kalori/ °C/kg..
- VJ ikan basah,
yang besarannya ditentukan oleh jenis ikan dalam kaitannya dengan bentuknya dan
komposisi kimiawi-nya. Berat jenis ikan basah secara umum = 0,8, oleh karena itu
VJ ikan basah lk. = 1,25 liter (dm 3 )
per kg.
Lama penyimpanan perlu diketahui untuk menghitung beban
panas harian akibat masuknya (penetrasi) panas dari luar wadah selama
penyimpanan. Dan ini akan diperhitungkan terhadap kebutuhan es harian yang
diperlukan untuk menjaga suhu didalam wadah agar tetap dingin.
Koefisien rambat panas (K) beberapa
bahan isolator untuk keperluan chilling
Bahan
|
Nilai K
|
Polystyrene
|
0.00275
|
Styrofoam FR
|
0.00273
|
Polyurethane
|
0.00278
|
Cork (gabus)
|
0.00270
|
Volume Jenis (VJ) dari berbagai bentuk
es
Bentuk
es
|
VJ liter (dm3)/ kg
|
Serpihan (flake )
|
2.2 - 2.3
|
Potongan pipa (tube )
|
1.6 - 2.0
|
Pecahan balok (crushed block )
|
1.4 - 1.5
|
Lempengan (plate )
|
1.7 - 1.8
|
2.3. Menghitung kebutuhan es
Urutan menghitung
kebutuhan es (berat bukan volume) dapat dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut
- Menghitung
jumlah es yang diperlukan untuk menjaga suhu didalam wadah agar tetap = 0
°C (T0) apabila suhu diluar wadah = Tl :
•Menghitung luas
permukaan wadah, misalnya = L
•Apabila tebal
isolasi = t cm, dan koefisien pindah panasnya = K, maka jumlah penetrasi panas
yang masuk kedalam wadah dengan kondisi tersebut = L x t x x (T1-T0)xK kalori
per jam.
•Jumlah es yang
diperlukan untuk mengatasi Panas Penetrasi = {Lt(T1-T0)K}/ 80 kg es per jam…..
(1)
- Menghitung
kapasitas (volume) wadah dan jumlah ikan yang dapat disimpan dalam wadah:
•Volume bagian
dalam wadah (kapasitas wadah), dimana produk hasil perikanan segar-basah akan
disimpan, misal-nya diperoleh = V1.
•Dengan demikian
jika digunakan perbandingan es : ikan = 1: 1, maka volume ikan =0,5 V1 dengan berat
= 0,5V1 / VJ ikan = 0,5V1 / 1,25 kg, sedangkan volume es = 0,5V1 dengan berat =
0,5V1 / 1,11 kg………………….(2)
- Menghitung
jumlah es untuk mendinginkan (chilling) ikan
dari suhunya saat
ditangkap/dipanen (T2 = suhu air laut atau air tambak) menjadi 0°C (T0) dalam
wadah :
•Jumlah panas yang
harus dibuang untuk mendinginkan ikan = (0,5V1/1,25) kg x (T2-T0) x PJ ikan =
(0,5V1/1,25) (T2-T0) 0,85 kalori.
•Jumlah es yang
dibutuhkan untuk mendinginkan ikan = {(0,5V1/1,25) (T2-T0) 0,85} / 80 kg ………
.(3)
- Jumlah es
yang dibutuhkan total = {(1) x jam penyimpanan}
+ (2) + (3) kg.
- Apabila
chilling telah dilakukan diluar wadah, sehingga saat ikan dimasukkan
suhunya sudah = 0 °C, maka total es yang dibutuhkan untuk penyimpanan akan
berkurang menjadi = {(1) x jam penyimpanan} + (2) kg.
3. Penanganan
hasil perikanan saat panen
Penanganan hasil perikanan pertama kali dilakukan oleh
nelayan ABK kapal ikan saat penangkapan di laut atau diperairan umum, dan oleh
petani ikan saat panen di tambak atau di karamba. Berdasarkan pemahaman bahwa mutu hasil perikanan yang terbaik adalah saat
di panen, maka cara penanganan pertama adalah sangat penting karena akan
menentukan kondisi mutu ikan pada tahapan distribusi lanjutannya.
Cara penanganan yang dipilih umumnya sesuai kondisi yang
dikehendaki pasar dengan prinsip yang sama yaitu menjaga mutu ikan agar tetap
segar, sehat, aman dan menarik saatdisajikan sehingga harganya mampu bersaing
saat dipasarkan dan dapat menguntungkan bagi produsennya. Seperti yang telah
dijelaskan terdahulu mengawet hasil perikanan dengan es merupakan cara yang
lebih mudah, murah dan terjangkau oleh kondisi para nelayan dan petani ikan
saat ini.
Selain itu prinsip penanganan ikan lainnya juga harus
dilakukan, yaitu : menjaganya dari benturan atau tekanan fisik yang dapat
melukai tubuh ikan atau membuat dagingnya memar, melindungi dari panas sinar
matahari langsung dan mencegahnya dari kontaminasi bahan-bahan yang kotor dan
berbahaya.
3.1. Diatas kapal
ikan
Keberhasilan
penanganan ikan diatas kapal untuk menjaga mutunya sangat ditentukan oleh :
- Kesadaran dan
pengetahuan semua ABK untuk melaksanakan cara penanganan ikan dengan es secara benar.
- Kelengkapan
sarana penyimpanan diatas kapal yang memadai, seperti : palkah atau peti wadah
ikan yang berisolasi dengan kapasitas yang cukup sesuai dengan ukuran kapal.
- Kecukupan jumlah
es yang dibawa saat berangkat menangkap ikan di laut.
Prinsip penanganan
ikan diatas kapal untuk ikan ukuran kecil (kurang dari 10 kg per ekor) :
- Ikan harus
segera di es segera setelah dilepas dari alat tangkap dengan mencucinya
(dicelup) dalam air laut bersih dan dingin yang telah diberi es.
- Ikan yang telah
dicuci, kalau memungkinkan langsung diseleksi menurut jenis-ukuran dan
ditempatkan dalam wadah keranjang plastik berkapasitas 30-40 kg ikan per
keranjang dan disusun berlapis berselang-seling antara ikan dan es curai
(jumlah es : ikan lk = 1:1). Kontruksi keranjang ikan harus sedemikian rupa
sehingga saat ditumpuk tidak menekan atau membebani isi keranjang.
- Keranjang dapat disusun
dengan ditumpuk didalam palkah, dimana sebelumnya palkah sudah diisi es curai
secukupnya sehingga sudah cukup dingin saat ikan dimasukkan kedalamnya.
- Sistim
pembuangan air lelehan es harus cukup lancar sehingga mencegah terendamnya ikan
oleh air yang kotor.
- Penambahan es
selama penyimpanan di palkah dapat dilakukan jika jumlahnya telah berkurang.
Waktunya sangat ditentukan oleh kekedapan konstruksi palkah terhadap penetrasi
panas dari luar.
- Selama proses
penanganan lindungi ikan dari cahaya (panas) matahari langsung maupun benturan
fisik yang dapat membuat ikan luka atau memar.
- Hasil tangkapan
yang melimpah tidak selalu menguntungkan, usahakan untuk menangkap ikan dari
jenis dan ukuran komersial dengan jumlah yang sesuai dengan kapasitas palkah
agar semua hasil tangkapan dapat ditangani dengan baik. Mutu ikan yang baik serta jenis-ukuran ikan yang laku di pasar lebih
menjamin keuntungan dari pada volume hasil tangkap yang berlebihan.
Prinsip penanganan
ikan diatas kapal untuk ikan ukuran besar (kurang dari 10 kg per ekor) :
- Prinsip
penanganannya sama dengan ikan ukuran kecil, dengan beberapa perlakuan khusus
sebagai berikut ini.
- Ikan-ikan ukuran
besar umumnya ditangkap dengan alat pancing dan biasanya masih dalam keadaan
hidup saat diangkat dari air, untuk ini ikan harus segera dibunuh dengan
memukul kepalanya atau dengan cara lain yang tidak merusak fisik ikan.
- Segera
mendinginkannya dengan mencelupkan ikan di bak chilling yang telah diisi air es
(dingin) sambil menunggu saat penyiangannya. Suhu air akan selalu terjaga pada
suhu 0 °C selama masih ada es.
- Melakukan
penyiangan (buang insang dan isi perut, dan untuk ikan-ikan besar juga mengiris
sebagian operculum dan membuang sirip) dan membuang darahnya (bleeding).
Pembersihan dilakukan dengan mencucinya memakai air dingin yang telah
didinginkan dengan es.
- Selanjutnya ikan
disusun secara curah bercampur dan berselang seling dengan es curai.
3.2. Saat panen di
karamba dan kolam air tawar
Jenis ikan yang dipanen di karamba air laut (kerapu dan
lobster) dan di kolam air tawar (mas, gurame, nila, lele dan patin) biasanya dipasarkan
dalam keadaan hidup. Karena itu penanganannya saat panen dan selama
pengangkutannya harus hati-hati dan memerlukan ruang badan air yang cukup
sehingga memakan tempat. Yang perlu diperhatikan saat panen dan pengangkutannya
adalah menjaganya dari kerusakan fisik atau cacat akibat benturan dan
goncangan. Selain itu selama pengangkutan harus dijaga kesegaran air, kecukupan
oksigen dan suhunya (terlindung dari sinar matahari langsung) Untuk
pengangkutan lobster hidup telah dapat dilakukan pengemasannya dalam sekam /
serbuk gergaji yang didinginkan dengan
es.
3.3. Saat panen di
tambak
Jenis hasil perikanan yang umum di panen di tambak adalah
udang dan ikan bandeng.
Pada saat panen udang ditambak biasanya diangkat dari air
dengan jaring masih dalam keadaan hidup.
-
Setelah dicuci bersih dengan air tambak baru direndam dalam air es untuk proses
chilling.
-
Setelah cukup dingin dan udang dalam keadaan pingsan, baru dilakukan pengemasan
kering dalam cool box berselang-seling es curai-udang dengan lapisan teratas
adalah es (perbandingan es : udang lk = 1 : 1). Dan diangkut bersama cool
box-nya ketempat pengumpul.
-
Ditempat pengumpulan dapat dilakukan sortasi sesuai ukuran dan selanjutnya
dikemas basah dalam blong plastik berisolasi dengan perbandingan es (bongkahan)
: udang : air dingin = 1 : 1 : 1 dalam pengangkutannya ke pabrik pengolah
udang.
Panen
bandeng di tambak umumnya dilakukan pada dini hari lepas tengah malam.
-
Waktu panen pagi hari dipilih untuk melindungi hasil panen ikan bandeng dari
sinar matahari langsung selama ikan diangkat dalam keadaan hidup dari tambak
sampai matinya diatas pematang tambak dan pengangkutannya dari tambak ke tempat
pengumpulan.
-
Hasil panen ditempatkan dalam keranjang rotan atau bamboo berkapasitas lk. 50
kg ikan dan ditutup bagian atasnya untuk dipikul dibawa ketempat pengumpulan.
-
Ditempat pengumpulan atau langsung ditempat pelelangan dichilling terlebih
dahulu dalam air es.
-
Selanjutnya dikemas dengan es sistim kering berseling-seling es-ikan (es : ikan
= 1 : 1) dalam cool box untuk disimpan menunggu saat dilelang pagi harinya.
0 komentar:
Posting Komentar