Sabtu, 14 November 2015

UDANG YANG POTENSIAL UNTUK DIBUDIDAYAKAN



UDANG YANG POTENSIAL UNTUK DIBUDIDAYAKAN

Udang adalah komoditas unggulan perikanan budidaya yang berprospek cerah. Udang termasuk komoditas budidaya yang sudah dikenal dan sangat diminati oleh masyarakat. Ada banyak jenis udang yang tersebar di alam. Mulai dari perairan laut, payau hingga perairan tawar. Sebagian sudah dapat dibudidayakan dan berhasil. Lokasi budidaya udang secara umum tersebar di seluruh daerah yang ada di Indonesia. Sentra produksi udang terdapat di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan.

Perkembangan produksi udang sendiri sempat mengalami penurunan secara nasional namun pada tahun 2010 yang lalu produksi udang vaname telah stabil dan cenderung naik. Hanya sebagian kecil sentra udang yang mengalami penurunan akibat adanya penyakit seperti provinsi Lampung yang sampai dengan saat ini belum mampu memproduksi udang seperti sediakala.

Beberapa daerah seperti Jawa Barat dan Sulawesi Tenggara menjelma menjadi sentranya budidaya udang vaname. Peningkatan produksi udang vaname kedua daerah tersebut sungguh luar biasa. Peningkatan produksi udang vaname ini karena mulai diaktifkan kembali beberapa tambak idle dan penumbuhan pembudidaya-pembudidaya baru.

Udang adalah komoditas yang sangat mahal harganya baik di pasar domestic maupun pasar ekspor. Potensi pengembangan budidaya udang di Indonesia sangat terbuka. Apalagi Indonesia memiliki perairan yang sangat mendukung budidaya tambak. Selain itu, terdapat banyak jenis udang di Indonesia dan sebagian telah budidayakan. Udang sendiri adalah salah satu penyumbang devisa terbesar dari sector perikanan sehingga peluang usaha budidaya sangat potensial dan terbuka lebar.

Pada awalnya budidaya udang sangatlah sulit terutama karena sulitnya memperoleh benih untuk budidaya. Ketergantungan pada benih alam menyebabkan kesinambungan budidaya tidak berjalan dengan baik karena bergantung pada musim. Namun kini benih terutama vaname dan windu mudah didapatkan sehingga kesinambungan budidaya udang dapat terjaga.

Ada banyak jenis udang yang tersebar di perairan Indonesia. Berikut ini adalah beberapa jenis udang yang telah berhasil dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, yaitu :
1. Udang Putih
Udang putih sering disebut sebagai udang jerbung dengan karakteristik yakni kulitnya tipis dan licin, warna putih kekuningan dengan bintik hijau dan ada yang berwarna kuning kemerahan. Udang putih atau udang jerbung memiliki banyak jenis antara lain :
-       Udang Peci, dengan karakteristik yakni warna kulitnya lebih gelap dan berbintik hitam. Udang ini memiliki nama dagang White  Shrimp.
-       Udang Bambu, dengan karakteristik yakni warna kulitnya kuning berbercak merah seperti bamboo.Nama dagang udang ini adalah Bamboo Shrimp.
-       Udang Banana , dengan karakteristik yakni warna kulitnya kuning seperti kulit pisang dengan nama dagang Banana Shrimp.

Udang putih sudah lama dapat dibudidayakan. Terkadang sebagian orang menyamakannya dengan udang vannamei dikarenakan karakteristik warnanya yang mirip. Padahal kedua jenis udang ini berbeda. Udang putih memiliki nama ilmiah Penaeus merguiensis ini, banyak dikembangkan sebagai komoditas budidaya di daerah Indonesia. Sentra pengembangan budidaya udang putih terdapat di Provinsi Jawa Barat, Kalimantan Timur, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

2. Udang Windu
Udang ini dikenal sebagai black tiger atau tiger prawn. Orang Inggris menyebutnya sebagai tiger karena karakteristik dari corak tubuhnya yang berupa Udang ini kulitnya tebal dan keras, berwarna hijau kebiruan dengan garis melintang yang lebih gelap, ada juga yang berwarna kemerah-merahan dengan garis melintang coklat kemerahan. Nama dagang Tiger Shrimp.

Windu adalah jenis udang yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Udang windu memiliki nama ilmiah Penaeus monodon. Walaupun sempat ambruk akibata serangan hama penyakit. Udang windu perlahan bangkit dan saat ini mulai berkembang sangat baik di berbagai daerah di Indonesia. Budidaya udang windu terdapat hampir di semua wilayah Indonesia. Sentra budidaya udang windu sendiri terletak di Provinsi Sumatera Selatan, Jawa Barat Dan Sulawesi Selatan.

3. Udang Vannamei
Udang vannamei dikenal memiliki nama ilmiah yakni Penaeus vannamei. Udang jenis ini memiliki 2 gigi pada tepi rostrum pada bagian ventral dan 8 – 9 gigi pada bagian tepi rostrum bagian dorsal. Penaeus vannamei memiliki toleransi salinitas yang lebar, yaitu dari  2 – 40 ppt, tapi akan tumbuh cepat pada salinitas yang lebih rendah, saat lingkungan dan darah isoosmotik (Wyban et al., 1991).

Udang vannamei adalah jenis udang yang pada awal kemunculannya di Indonesia dikenal sebagai udang yang dapat dibudidayakan denga tingkat ketahanan yang tinggi terhadap serangan hama penyakit. Namun sejak tahun akhir 2008, udang vannamei juga terkena serangan hama penyakit yang menyebabkan jatuhnya produksi udang secara nasional. Udang vannamei yang memiliki nama ilmiah Litopenaeus vannamei ini sentra lokasi budidayanya terdapat pada provinsi Lampung, Jawa timur, nusa tenggara barat dan sumatera selatan.

4. Udang Rostris
Udang rostris memiliki nama ilmiah Litopenaeus stylirostris. Udang jenis ini dapat dibudidayakan pada sistem tertutup pada kelas pembesaran secara intensif. Udang rostris memiliki tubuh berwarna biru, mempunyai rostrum bergigi 7 di bagian dorsal dan 1 gigi lunak di bagian ventral, duri kecil ditemukan pada tepi posterior segmen abdomen kelima. Udang jenis telah dapat dilakukan pembenihan oleh BBPBAP Jepara. Daerah budidaya udang rostris terdapat di provinsi Aceh dan Nusa Tenggara Barat.

5. Udang api-api
Udang api-api termasuk salah satu jenis udang yang sudah dapat dilakukan pembudidayaannya. Udang jenis ini memiliki ukuran tubuh yang tidak besar. Udang api-api memiliki nilai ekonomis penting dan mempunyai peranan penting dalam siklus rantai makanan dan transfer energi. Sentra budidaya udang api-api terletak di provinsi jawa barat, jawa tengah, jawa timur dan provinsi sulawesi selatan.

6. Udang Barong
Udang barong memiliki nama ilmiah Panulirus sp. Udang ini biasa pula disebut sebagai udang karang. Sebagian orang menyebut pula udang jenis ini dengan sebutan lobster laut. Udang barong aktif mencari makan pada malam hari. Pada siang hari, udang ini lebih suka tinggal di dalam lubang. Udang ini seperti udang sikat tetapi ukurannya ada yang besar dan kulitnya keras. Warnanya ada bermacam-macam, ada yang hijau, coklat, coklat kemerahan dan hitam kebiruan, biasanya berbintik-bintik putih, merah atau coklat.

Perkembangan budidaya udang barong belum begitu pesat. Hanya beberapa daerah saja yang terpantau melalui data statistic perikanan budidaya mengusahakan budidaya lobster laut ini. Total produksi lobster laut ini secara nasional mencapai 311 ton pada tahun 2010. Produksi nasional yang sebesar tersebut berasal dari provinsi Sumatera Utara, Jawa Timur, Bali, NTB Sulawesi Tenggara dan Kalimantan Timur. Sebagian besar produksi udang barong berasal dari Sulawesi Tenggara.

7. Udang Galah
Udang ini adalah udang air tawar. Karakteristik udang jenis ini yakni memiliki panjang maksimal tubug hingga 30 cm, warnaynya bermacam-macam, ada yang hijau kebiruan, hijau kecoklatan, kuning kecoklatan dan berbercak seperti udang windu tetapi bentuknya lebih bulat. Udang galah lebih menyukai untuk hidup di hilir sungai.

Perkembangan produksi udang galah hasil budidaya cukup baik. Udang galah dapat dibudidakan di kolam dan saat ini mulai dikembangkan budidaya udang galah dengan mengintegrasikan dengan tanaman padi atau biasa disebut dengan budidaya minapadi. Produksi udang galah pada tahun 2010 berada pada kisaran 1.400 ton yang sebagian besar berasal dari budidaya kolam. Sentra produksi udang galah sebagian besar terletak di pulau Jawa yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Di luar jawa udang galah dibudidayakan di provinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat. Bali ditahun 2010 merupan penyumbang terbesar produksi udang galah nasional dengan total produksinya pada tahun 2010 sebesar 742 ton.

8. Lobster Air Tawar
Lobster air tawar memiliki ciri- ciri morfologi tubuh terbagi dalama 2 bagian, yakni kepala (chepalothorax) dan badan (abdomen). Antara kepala bagian depan dan bagian belakang dikenal dengan nama sub-chepalothorax. Cangkang yang menutupi kepala disebut karapak (carapace) yang berperan dalam melindungi organ tubuh, seperti otak, insang, hati, dan lambung. Karapak berbahan zat tanduk atau kitin yang tebal dan merupakan nitrogen polisakarida yang disekresikan oleh kulit epidermis dan dapat mengelupas saat terjadi pergantian cangkang tubuh (molting).

Perkembangan budidaya lobster air tawar di Indonesia belum maksimal. Hal ini disebabkan sulitnya memperoleh benih yang bersumber dari alam. Oleh karenanya tidak banyak daerah yang mampu memproduksi udang galah. Data tahun 2010 menggambarkan bahwa hanya provinsi beberapa daerah saja yang mengusahakannya dan secara nasional produksi lobster air tawar hanya 8 ton selama tahun 2010 yang lalu


Sumber :  djpb.kkp.go.id

0 komentar:

Posting Komentar